Matera, daerah yang begitu kuno itu digunakan untuk menggambarkan Judea di film Mel Gibson The Passion of the Christ. Sering disebut Sassi atau Kota Batu, ini adalah bagian Matera berupa labirin gua, gereja-gereja (terdata sejak zaman Romawi), tangga zig-zag dan fasad batu diukir dari lereng besar tufa.
Sassi berasal dari pemukiman (penghuni gua) prasejarah, dan diduga merupakan salah satu dari beberapa pemukiman manusia pertama di Italia. Sassi terdiri dari rumah-rumah yang dibentuk dari pengukiran di batu kapur, yang merupakan karakteristik Basilicata dan Apulia.
Pada 1950, pemerintah Italia secara paksa merelokasi sebagian besar penduduk Sassi ke daerah kota modern. Namun, orang tetap tinggal di Sassi dan Matera bisa dikatakan satu-satunya tempat di dunia dimana orang masih tinggal di rumah yang sama dari nenek moyang mereka dari 9.000 tahun yang lalu.
Sampai akhir 1980-an Sassi dianggap sebagai daerah miskin, karena rumah-rumah guanya. Namun dengan adanya bantuan Uni Eropa, pemerintah, UNESCO, dan Hollywood, daerah ini berkembang menjadi tujuan wisata yang diikuti kemunculan pub dan hotel.
Seperti setiap kota di Italia, Matera memiliki sejumlah gereja kuno yang menjadi daya tarik wisata. Namun, tidak ada tempat lain di Italia, bahkan mungkin dunia yang memiliki koleksi bangunan beragam sehubungan dengan Kristen.
Salah satu peninggalan Kristen di sana adalah Katedral Matera (1268-1270). Ini adalah sebuah monumyang penting, dan telah didedikasikan untuk Santa Maria della Bruna sejak 1389, santo pelindung Matera.
Dibangun dengan gaya arsitektur Apulian Romawi, Katedral Matera memiliki menara lonceng setinggi 52 meter, dan di samping gerbang utama, Anda akan menemukan patung Maria della Bruna yang didukung oleh Santo Petrus dan Paulus.
Ada banyak gereja lain dan biara di Matera yang sudah ada sepanjang sejarah gereja Kristen. Anda juga bisa menemukan beberapa gua sederhana dengan sebuah altar tunggal dan mungkin fresco yang seringkali terletak di seberang jurang.
Matera juga memiliki beberapa jaringan gua dengan ruang bawah tanah besar yang diperkirakan telah digunakan untuk meditasi oleh para biarawan rupestric dan cenobitic.
Beralih ke kondisi geografis, Matera dibangun di atas jurang yang dalam, disebut Gravina Matera. Jurang ini membagi Matera menjadi dua wilayah. Matera sendiri dibangun sedemikian rupa sehingga tersembunyi, tetapi hal itu membuatnya sulit untuk menyediakan pasokan air untuk penduduknya. Untuk mengatasi kesulitan air, diketahui penduduk zaman dulu telah membuat Cistern yang merupakan wadah untuk menampung air. Seringkali wadah air dibuat untuk menangkap dan menyimpan air hujan. Di kota itu juga ditemukan sistem saluran air.
Dari bukit yang tinggi, pemandngan kota Matera terlihat menakjubkan. Ini terlihat seperti kota yang terukir di atas batu dimana semua bangunannya memiliki keseragaman warna murni bebatuan. Saat hari beranjak gelap, lampu-lampu temaram akan semakin mempercantik tampilannya.