Pengurus Harian YLKI, Tulus Abadi, mengatakan sekitar 70 persen perokok di Jakarta berasal dari kalangan keluarga miskin (gakin). Ironisnya, sekitar 22 persen penghasilan mereka disisihkan untuk membeli rokok.

Kebutuhan akan rokok bagi keluarga miskin (gakin) ini rata-rata merupakan kebutuhan nomor satu. Kebutuhan akan beras berada di urutan kedua.

Karena persoalan tersebut, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta berencana mencabut fasilitas kesehatan bagi warga miskin yang masuk kategori perokok. Langkah ini guna menekan jumlah perokok.

"Wacana warga miskin tidak mendapatkan santunan kesehatan dari Pemprov DKI secara ekstrem sangat rasional,'' kata Tulus. ''Saya melihat ada fungsi yang keliru dalam mengalokasikan pendapatan dari keluarga miskin ini.''

Berdasarkan hasil penelitian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), sebanyak 22 persen penghasilan keluarga miskin (gakin) digunakan hanya untuk membeli rokok.

"Saya prihatin, di tengah himpitan masalah sosial ekonomi, konsumsi rokok di kalangan keluarga miskin justru mengalahkan konsumsi nutrisi bagi keluarga terutama anak-anak. Sehingga, diperlukan pendekatan khusus dan upaya sosialisasi yang lebih efektif untuk masalah ini," ujar Gubernur DKI Jakarta, Fauzi Bowo.