Seorang bocah membuktikan, tak ada yang tak mungkin diraih. Meski ia baru berusia 13 tahun, murid bernama Alexander Forsythe sudah mengangkasa. Ia berperan dalam penerbangan satelit ke ketinggian 100.000 kaki atau 30.480 meter.
Bukan hanya itu, balon tersebut mengangkut sensor berteknologi tinggi ciptaannya yang berfungsi mengumpulkan informasi tentang kekuatan matahari.
Setelah jatuh kembali ke Bumi di Gurun Sierra Nevada, Amerika Serikat, Alexander akan menganalisa data yang dikumpulkan perangkat penyimpan data sebesar bola ping-pong. Data itu dibawa ke angkasa menggunakan balon helium.
Alexander, yang bersekolah di Bede Academy, Blyth, Northumberland menghabiskan waktu lima hari untuk menyusun perangkat itu, bekerja sama dengan mahasiswa doktoral dari Newcastle University, Inggris.
Mereka membuat sensor matahari yang dinamai berdasarkan bentuknya yang mirip bola ping-pong, Pong-sat. Tujuan dari proyek ini adalah untuk mengkalkulasi dan membandingkan panel surya yang dipasang di atmosfer Bumi atau di luar angkasa.
"Pertaruhannya, kita bisa mendapatkan cahaya matahari berkualitas tinggi jika memasang panel surya di luar angkasa, namun energi listrik yang dikumpulkan bisa terganggu dengan penurunan suhu yang parah di sana."
Pong-sat yang berisi microchip dan sensor digunakan untuk mengukur aliran surya dalam kapasitas yang tidak lebih dari yang bisa ditampung bola tenis meja.
"Pong-sat dibawa ke tepian atmosfer dengan menggunakan balon cuaca, yang akhirnya meledak, satelit itu turun ke Bumi menggunakan parasut," kata Alexander. "Saya tak sabar menanti hasilnya."
Bekerja sama dengan para mahasiswa doktoral, memaksa Alexander untuk memahami, atau paling tidak mengenal matematika tingkat PhD. "Menyenangkan, meskipun matematika tingkat doktoral sangat sulit bagi saya," tambah dia.
Di masa depan, bocah ini berharap bisa belajar teknik elektronika. Hingga level doktoral.
Prestasi Alexander mendapat pujian dari Alton Horsfall, dosen senior teknik elektronika dari Newcastle University. Menurut dia, biasanya pekerjaan seperti ini dilakukan siswa 16 tahun ke atas.
"Otaknya telah berkembang sangat pesat. Ia menjadi bagian dari tim kami bersama para mahasiswa PhD yang rata-rata berumur 20 tahun dan telah memiliki satu gelar akademik," kata Alton Horsfall.
Wakil Kepala Sekolah Bede Academy, Alan Corner, mengatakan, di usianya yang masih sangat muda, Alexander memiliki pemahaman luar biasa soal rekayasa elektronik. Pengalaman ini penting artinya demi cita-cita si bocah menjadi insinyur.
Makanannya apa kira2 ya bisa pinter kayak gitu?
ReplyDeletewah, bisa jadi inspirasi bagi anak2 muda lainnya .. thx infonya
ReplyDeleteThats me!
ReplyDeleteSemoga ada anak2 muda dari Indonesia yang bisa terbangkan satelit ..
ReplyDeleteThx telah berbagi informasi ..